Skip to main content

Posts

The Fifth Letter: Language is an Individual Choice

"I'm Indonesian. So, what did you know Indonesia has many languages in all regions?" Raka asked. He asked me, "Why didn't you use Indonesian on your social media?" I just asked as above.  Indonesia has more than 600+ languages around Indonesian regions and Indonesia also as a democratic country where each people has individual rights including language choice. So, everyone has to respect their rights. However, all Indonesian people certainly required could speaking Indonesian because Indonesia is a national language or official language. Obviously, I very supporting it. I felt can doing it if I meet with Indonesian people use the Indonesian language. But, it depends on the people. If Indonesian people can speak Chinese, I certainly will speak Chinese too. Likewise, if Indonesian people can speak English, I will speak the same language. All Deaf people usually use Indonesian Sign Language or Bahasa Isyarat Indonesia (BISINDO), I will speak BISIND...

The Fourth Letter: Rasanya Sulit Menjadi Cina di Indonesia

Meski Presiden SBY sudah meresmikan penggantian nama Cina menjadi Tionghoa dan China menjadi Tiongkok, masyarakat Indonesia masih sering menggunakan istilah lama buatan Orba walaupun sebagian besar mulai menggunakan istilah baru dan tetapi ada pula menggunakan istilah asing, yaitu Chinese. Komunitas Tionghoa di Indonesia sendiri berbeda perspektif tentang istilah mereka. Ada memilih Cina, ada juga memilih Tionghoa, dan ada pula bersikap netral, yaitu Chinese. So, itu hanya pilihan mereka. Saya sendiri memilih Tionghoa karena sarat historis dan sebagai mengingat para pahlawan Tionghoa telah berjuang untuk Indonesia di zaman dahulu. Kedatangan orang Tionghoa di Indonesia bertujuan dagang dan melakukan kegiatan perekonomian dengan orang-orang lokal. Orang Tionghoa pun berbaur dengan etnis lain tidak hanya urusan pekerjaan tetapi melebar urusan internal, yaitu pernikahan campuran. Orang Tionghoa telah menyumbangkan sumbangsih besar terhadap orang lokal di Indonesia. Budaya Tionghoa b...

The Third Letter: A Deaf People and an Identity

I was born with hearing but I'm a Deaf right now. I've been gotten two methods, e.g oral method communication, and sign language, When I still a student in Don Bosco school, Wonosobo, I learned speech therapy, talking, and oral communication. The therapist said, "The Deaf people are can speaking hearing people with oral communication, So, you didn't allow to speaking sign language, All hearing people are can't speaking sign language." I didn't know what is he saying but I believe it. I just followed his. I learned communication with hearing people but if #deaftime I speaking sign language with Deaf friends. I didn't many using sign language with them. I often speaking oral communication with them. I learned that method for nine years. After that, I move to Solo for continuing high school for six years. I'm also speaking oral communication with hearing students. Did you know? I'm one of the Deaf students in the classroom. 99% of ...

The Second Letter: Lebih Cina Atau Lebih Tionghoa

Pada pukul 17.30, saya pergi ke kampung Ketandan ( 中华村 , zhong hua cun ) untuk menikmati Festival Imlek digelar pada tanggal 2-8 Februaru 2020. Saya telah berkunjung ke Museum Tan Djin Sin g , seorang bupati Yogyakarta pertama berasal dari etnis Tionghoa, food park, pertunjukan, hingga ada beberapa  budaya Tionghoa diperkenalkan lebih luas. Faktanya semua masih merasakan suasana sangat Tionghoa meski tidak banyak berbicara bahasa Mandarin. Ini hanya sedikit cerita yang mengesankan kemarin, sekarang saya mau memulai dari hal dasar yang harus kalian ketahui sebelum menyelami lebih dalam tentang studi ketionghoaan. Kita akan mulai dari "Cina, Tionghoa, dan Tiongkok" berdasarkan berbagai referensi yang sudah ada tetapi diambil dari saya. ------- Istilah "Tionghoa" pertama kali muncul pada zaman pra kemerdekaan Indonesia melalui terbitnya koran Sin Po ( 新报 , xin bao ) . Koran Si n Po merupakan koran terbitan pada tanggal 1 Oktober 1910 oleh komunitas Tiongh...

The First Letter: My Profile

Good morning, Malang! How are you? I'm fine and I'm excited to writing the first letter through this new blog. Actually, I was already writing this blog in the past years ago but haven't written in a long time. Yes, this is 2020 years, I shall opened new blog and that happened to me. I'm very grateful to God.  I'm here in Malang because of YDAT (Youth Disability Advocate Training) training event in the Ibis Styles Hotel, Malang. Malang is an Indonesian city located in East Java, Indonesia. YDAT is one of events from the cooperation between La Torbe University (Melbourne, Australia) and Brawijaya University (Malang, Indonesia). I will introduce myself. Do you know about me? I just make some of list of my life facts, e.g: I'm Raka Nurmujahid or my Chinese name is Li Raka (李) I was born in Sragen but raised in Surakarta, Indonesia When I was born with hearing, but only five days with hearing and being Deaf because of sick. I fluent s...