Skip to main content

Terjemahan: Apa yang Anda Pikirkan Tentang Deaf Power?



Deaf Power mempromosikan sejarah, bahasa, dan nilai-nilai komunitas Tuli di seluruh dunia. Sebagai kedua bahasa dan simbol, itu akan menyebarkan kebanggaan budaya kami. (Sumber: www.deafpower.me oleh Christine Sun Kim dan Ravi Vasavan).

Mengapa saya menulis Deaf Power di blog saya? Saya seorang Tuli dan pengguna bahasa isyarat, saya memiliki banyak pengalaman dan momen tentang identitas Tuli. Menjadi identitas Tuli, saya menghadapi diskriminasi dan rasisme di semua lingkungan dan komunitas. Saya menjadi orang Tuli sejak umur 5 hari setelah kelahiran. Hal pertama adalah pengobatan dan terapi pendegaran. Dokter dan orangtua menginginkan kekurangan saya menjadi orang dengar. Jadi, saya menghabiskan masa kecil saya dengan pengobatan dan pergi ke rumah sakit. Saya hanya sedikit mendapatkan pendidikan dari ibu saya atau keluarga saya. Saya tidak tahu siapa mengajarkan saya seperti itu. Kehidpan pertamaku adalah sangat sedikit kata-kata yang saya didapatkan dalam hidup saya. Saya hanya tahu beberapa kata saja. Jika Anda ingin membandingkan, Anda akan lebih baik daripada saya tentang bahasa. Saya pikir itu.

Saya menghadapi dua sisi di dunia saya. Orangtua saya dan komunitas publik. Orangtua saya berpikir orang Tuli seharusnya menjadi dengar dan berbicara tanpa bahasa isyarat. Di komunitas piblik, saya tidak pernah mendapatkan dukungan kehidupan Tuli. Sebuah bahasa isyarat bukan bahasa yang wajib untuk orang Tuli. Ini seperti hak kami digangu. Kami dipaksa untuk berbicara metode oral. Guru mengklaim orang dengar tidak bisa bahasa isyarat. Kami dicuci otak waktu itu. Kami percaya orang dengar tidak bisa bahasa isyarat.

Ibu saya selalu berbicara padaku,"Kamu Tuli, bagaimana kamu menjadi orang mandiri di kostmu? Bagaimana kamu mendengar suara darurat? Kamu tidak bisa. Kamu butuh orang." Dan bahkan, dia seorang tipe ibu over protect. Dia selalu khawatir saya secara berlebihan. Padahal, saya dapat hidup sendirri selama dua tahun. Dan, saya selalu ingin menjadi ornag mandiri seperti banyak orang. Mengapa? Saya orang Tuli, saya merasa harus menunjukkan paradigma Tuli dimana orang tidak pernah memikirkan hal ini. Ya, orangtua saya adalah audism. Audism adalah tindakan diskriminasi yang ditujukkan kepada orang Tuli dan tindakan orang Tuli berkomunikasi dengan orang lain. (Tom Harrington dan Jacobi Laura. April 2009. What is Audism: Introduction. Gallaudet University: Washington DC, United States).

Di ruang publik, saya telah bertemu banyak orang yang tidak tahu tentang Tuli. Mereka berasumsi sesuatu yang salah. "Kamu Tuli. Kamu seharusnya memakai alat bantu dengar. Dimana ABDmu?", "Kamu seharusnya pergi ke dokter.", "Kamu bisa bicara oral?". Kesimpulannya adalah Tuli sebagai penyakit bukan sebagai budaya. Aksesibilitas Tuli adalah sesuatu yang jarang di Indonesia. Hanya sedikit aksesibilitas Tuli. Kami punya JBI di televisi tetapi hanya program berita TV dan ukuran JBI terkecil. Saya tidak dapat memahami apa merek katakan, karena ukuran kecil. Kami hanya mendapatkan aksesibilitas Tuli penuh di Youtube tapi tidak semuanya dan beberapa tempat.

Saya merasa marah mengapa saya hidup di sini, mengapa banyak orang tidak pernah tahu tentang Tuli, dan mengapa orangtua saya juga tidak pernah tahu tentang Tuli. Intinya adalah orang tidak tahu tentang Tuli. Namun, saya dididik oleh teman saya seorang aktivis yang bergabung di organisasi Tuli. Advikasi adalah satu-satunya cara terbaik dan solusi. Kami tidak memiliki latar belakang hukum atau studi komunikasi tetapi kami dapat melakukannya dengan baik. Saya pasti mendapatkan sukses dan gagal. Terkadang saya kehabisan uang dan waktu untuk aktivitas tersebut. Tapi, saya menyukainya karena ini pekerjaan saya dan impian saya menjadi kesetaraan Tuli di Indonesia.

Deaf Power adalah hidup saya dan perjuangan saya untuk mewujudkan kesetaraan Tuli dan menolak rasisme dan diskriminasi. Deaf Power mengundang orang ingin menunjukkan keadilan dan kesetaraan di semua subjek dan fasilitas. Kami tidak pernah membutuhkan mitos Tuli dan paradigma tetapi kami hanya butuh dua kata. Dua kata adalah hal yang populer. Hanya dua kata yang dibutuhkan. Dengan kampanye Deaf Power, kami bisa mendapatkan hak Tuli yang penuh dan aksesibilitas Tuli di komunitas kami. Orang dengar akan belajar kami tentang pengalaman hidup dan mereka akan bersatu dengan kami untuk menolak audism dan mendukung kesetaraan dan keadilan.

Akhirnya, saya ingin berjuang dan marah sebagai orang Tuli. Saya ingin bergabung kampanye Deaf Power. Saya harap orang dan orangtua saya akan menyadari kesalahan sebelumnya. Saya harap begitu. Suatu hari, kami akan sukses. 

Dengan Jelas dan Tindakan Terbaik untuk Keadilan dan Kesetaraan.

Semua orang akan segera memahami kami.

Terimakasih, semua orang!

<0/
*DEAF POWER*



Comments

Popular posts from this blog

I'm a Retired Deaf Activist

I was born to a Deaf person in the middle of a hearing family who does not know sign language and grew up in different ways, neither in the Deaf world nor the hearing world. I studied at a Deaf school using a read-lips method and a mainstream school. So, I'm also a former mainstreamed school alumnus. What was the experience I have become a Deaf person? It was a thrilling journey. Living in an unfriendly country always be challenging. I sometimes was asked why was I born like that and why was I stuck at this family who doesn't know sign language. It felt unfair, though.  I had been an activist since June 2016 and joined Gerkatin (Gerakan untuk Kesejahteraan Tuli untuk Indonesia) which is a Deaf organization. I worked lots-- such as an interpreter, sign language teacher, public speaker, event committee, coordinator, and lead the group, etc-- and had experienced lots, which downs and ups. It was mixed feelings. Being an activist that what you see it looks fun and cool but either t...

I Am An Author Who You Known, I am Christian

" Take up the cross and follow me " Matthew 16: 24 If you are a loyal reader who has been reading since the first writing published in January 2020, I would like to announce that I have a fact that really needed to announce. Look at a title, that says I am Christian. Yep, I am Christian and am a follower of Christ. I have prepared some questions might you want to ask When was getting baptized? In December 2019 at GKI Gejayan, Yogyakarta. My baptized name is Malachi Raka. Where is the church usually you worship? English Worship, Yogyakarta. Why did you convert to Christianity? It’s a long story but that came to me who had been fighting for the truth and what makes me feel comfortable and to grow up who am myself. I converted because it’s my decision not because of a girlfriend, I do not have a girlfriend and am still single. After spending two years, I ended up finding Jesus Christ through coming to the church and started tearing up while listening to Christian songs. I really...